Profil Daerah Kota Bekasi
Pada perkembangannya kini sesuai dengan Perda No. 4 tahun 2004, Kota Bekasi mempunyai 12 kecamatan, yang terdiri dari 56 kelurahan, yaitu : Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Selatan, Kecamatan Bekasi Timur, Kecamatan Bekasi Utara, Kecamatan Pondok Gede, Kecamatan Jatiasih, Kecamatan Bantar Gebang, kecamatan Jatisampurna, Kecamatan Medan Satria, kecamatan Rawalumbu, kecamatan Mustika Jaya dan kecamatan Pondok Melati.
Selain menjadi wilayah pemukiman, Kota Bekasi juga berkembang sebagai Kota perdagangan, jasa dan industri. Untuk menunjang perkembangannya, Pemkot Bekasi telah mengembangkan Satuan Pelayanan Satu Atap (SPSA) yang mendapatkan Citra Pelayanan Publik Tingkat Nasional. Pemkot Bekasi terus mengembangkan fasilitas-fasilitas yang mendukung aktifitas masyarakat, seperti pasar tradisional dan modern, perumahan, tempat ibadah, sarana pendidikan dan kesehatan.
Dukungan sarana transportasi darat di Kota Bekasi, terus dievaluasi dan dikembangkan. Bus dan stasiun KA Bekasi telah memiliki trayek cukup banyak sehingga mobilitas masyarakat, barang dan jasa sehari-hari dapat berjalan dengan lancar. Memiliki akses langsung ke pelabuhan Tanjung Priuk dan Bandara Soekarno Hatta melalui jalur bebas hambatan pintu tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur melintasi Jakarta, atau sebaliknya. Posisi Kota Bekasi juga semakin penting berada di jalur tol Jakarta Cikampek setelah dibangunnya jalan tol Cipularang, yang menghubungkan secara cepat antara Bandung dengan Jakarta. Saat ini juga telah mulai dijalankan pengembangan jalan tol JORR (Jakarta Out Ring Road) yang menghubungkan tol Jagorawi dengan Cikunir.
Sektor industri dan perdagangan merupakan sektor yang diunggulkan, ini sesuai dengan Visi Kota Bekasi, yaitu unggul dalam jasa dan perdagangan, kini berkembang sangat pesat. Selain itu, banyak juga industri kecil yang berkembang dan telah dapat membuka pasar internasional. Perdagangan ikan hias yang ada di Kota Bekasi saat ini merupakan komoditi terbesar di Asia Tenggara. Dieksport ke berbagai negara Australia, Belanda dan Selandia Baru. Sektor industri besar juga telah menetapkan Kota Bekasi sebagai kawasan perindustrian yang dapat memberikan keuntungan bagi pengusaha lokal maupun internasional.
Berkembangnya berbagai potensi daeah di Kota Bekasi, juga tidak lepas dari adanya fasilitas akomodasi seperti perhotelan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan sendiri, selalu menyiapkan segala fasilitas apabila investor akan masuk di Kota Bekasi. Demikian pula fasilitas perbankan dan perumahan.
Selain menjadi wilayah pemukiman, Kota Bekasi juga berkembang sebagai Kota perdagangan, jasa dan industri. Untuk menunjang perkembangannya, Pemkot Bekasi telah mengembangkan Satuan Pelayanan Satu Atap (SPSA) yang mendapatkan Citra Pelayanan Publik Tingkat Nasional. Pemkot Bekasi terus mengembangkan fasilitas-fasilitas yang mendukung aktifitas masyarakat, seperti pasar tradisional dan modern, perumahan, tempat ibadah, sarana pendidikan dan kesehatan.
Dukungan sarana transportasi darat di Kota Bekasi, terus dievaluasi dan dikembangkan. Bus dan stasiun KA Bekasi telah memiliki trayek cukup banyak sehingga mobilitas masyarakat, barang dan jasa sehari-hari dapat berjalan dengan lancar. Memiliki akses langsung ke pelabuhan Tanjung Priuk dan Bandara Soekarno Hatta melalui jalur bebas hambatan pintu tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur melintasi Jakarta, atau sebaliknya. Posisi Kota Bekasi juga semakin penting berada di jalur tol Jakarta Cikampek setelah dibangunnya jalan tol Cipularang, yang menghubungkan secara cepat antara Bandung dengan Jakarta. Saat ini juga telah mulai dijalankan pengembangan jalan tol JORR (Jakarta Out Ring Road) yang menghubungkan tol Jagorawi dengan Cikunir.
Sektor industri dan perdagangan merupakan sektor yang diunggulkan, ini sesuai dengan Visi Kota Bekasi, yaitu unggul dalam jasa dan perdagangan, kini berkembang sangat pesat. Selain itu, banyak juga industri kecil yang berkembang dan telah dapat membuka pasar internasional. Perdagangan ikan hias yang ada di Kota Bekasi saat ini merupakan komoditi terbesar di Asia Tenggara. Dieksport ke berbagai negara Australia, Belanda dan Selandia Baru. Sektor industri besar juga telah menetapkan Kota Bekasi sebagai kawasan perindustrian yang dapat memberikan keuntungan bagi pengusaha lokal maupun internasional.
Berkembangnya berbagai potensi daeah di Kota Bekasi, juga tidak lepas dari adanya fasilitas akomodasi seperti perhotelan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan sendiri, selalu menyiapkan segala fasilitas apabila investor akan masuk di Kota Bekasi. Demikian pula fasilitas perbankan dan perumahan.
Sejarah
Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri, itulah sebutan Bekasi tempo dulu sebagai Ibukota Kerajaan Tarumanagara (358-669). Luas Kerajaan ini mencakup wilayah Bekasi, Sunda Kelapa, Depok, Cibinong, Bogor hingga ke wilayah Sungai Cimanuk di Indramayu. Menurut para ahli sejarah dan fisiologi, letak Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri sebagai Ibukota Tarumanagara adalah di wilayah Bekasi sekarang.
Dayeuh Sundasembawa inilah daerah asal Maharaja Tarusbawa (669-723 M) pendiri Kerajaan Sunda dan seterusnya menurunkan Raja-Raja Sunda sampai generasi ke-40 yaitu Ratu Ragumulya (1567-1579 M) Raja Kerajaan Sunda (disebut pula Kerajaan Pajajaran) yang terakhir.
Wilayah Bekasi tercatat sebagai daerah yang banyak memberi informasi tentang keberadaan Tatar Sunda pada masa lampau. Diantaranya dengan ditemukannya empat prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Kebantenan. Keempat prasasti ini merupakan keputusan (piteket) dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, Jayadewa 1482-1521 M) yang ditulis dalam lima lembar lempeng tembaga.
Sejak abad ke 5 Masehi pada masa Kerajaan Tarumanagara abad kea 8 Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Pajajaran pada abad ke 14, Bekasi menjadi wilayah kekuasaan karena merupakan salah satu daerah strategis, yakni sebagai penghubung antara pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta).
Dayeuh Sundasembawa inilah daerah asal Maharaja Tarusbawa (669-723 M) pendiri Kerajaan Sunda dan seterusnya menurunkan Raja-Raja Sunda sampai generasi ke-40 yaitu Ratu Ragumulya (1567-1579 M) Raja Kerajaan Sunda (disebut pula Kerajaan Pajajaran) yang terakhir.
Wilayah Bekasi tercatat sebagai daerah yang banyak memberi informasi tentang keberadaan Tatar Sunda pada masa lampau. Diantaranya dengan ditemukannya empat prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Kebantenan. Keempat prasasti ini merupakan keputusan (piteket) dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, Jayadewa 1482-1521 M) yang ditulis dalam lima lembar lempeng tembaga.
Sejak abad ke 5 Masehi pada masa Kerajaan Tarumanagara abad kea 8 Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Pajajaran pada abad ke 14, Bekasi menjadi wilayah kekuasaan karena merupakan salah satu daerah strategis, yakni sebagai penghubung antara pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta).
Sejarah Sebelum Tahun 1949
Kota Bekasi ternyata mempunyai sejarah yang sangat panjang dan penuh dinamika. Ini dapat dibuktikan perkembangannya dari jaman ke jaman, sejak jaman Hindia Belanda, pundudukan militer Jepang, perang kemerdekaan dan jaman Republik Indonesia. Di jaman Hindia Belanda, Bekasi masih merupakan Kewedanaan (District), termasuk Regenschap (Kabupaten) Meester Cornelis. Saat itu kehidupan masyarakatnya masih di kuasai oleh para tuan tanah keturunan Cina. Kondisi ini terus berlanjut sampai pendudukan militer Jepang. Pendudukan militer Jepang turut merubah kondisi masyarakat saat itu. Jepang melaksanakan Japanisasi di semua sektor kehidupan. Nama Batavia diganti dengan nama Jakarta. Regenschap Meester Cornelis menjadi KEN Jatinegara yang wilayahnya meliputi Gun Cikarang, Gun Kebayoran dan Gun Matraman.
Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, struktur pemerintahan kembali berubah, nama Ken menjadi Kabupaten, Gun menjadi Kewedanaan, Son menjadi Kecamatan dan Kun menjadi Desa/Kelurahan. Saat itu Ibu Kota Kabupaten Jatinegara selalu berubah-ubah, mula-mula di Tambun, lalu ke Cikarang, kemudian ke Bojong (Kedung Gede), pada waktu itu Bupati Kabupaten Jatinegara adalah Bapak Rubaya Suryanaatamirharja.
Tidak lama setelah pendudukan Belanda, Kabupaten Jatinegara dihapus, kedudukannya dikembalikan seperti zaman Regenschap Meester Cornelis menjadi Kewedanaan. Kewedanaan Bekasi masuk kedalam wilayah Batavia En Omelanden. Batas Bulak Kapal ke Timur termasuk wilayah negara Pasundan di bawah Kabupaten Kerawang, sedangkan sebelah Barat Bulak Kapal termasuk wilayah negara Federal sesuai Staatsblad Van Nederlandsch Indie 1948 No. 178 Negara Pasundan.
Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, struktur pemerintahan kembali berubah, nama Ken menjadi Kabupaten, Gun menjadi Kewedanaan, Son menjadi Kecamatan dan Kun menjadi Desa/Kelurahan. Saat itu Ibu Kota Kabupaten Jatinegara selalu berubah-ubah, mula-mula di Tambun, lalu ke Cikarang, kemudian ke Bojong (Kedung Gede), pada waktu itu Bupati Kabupaten Jatinegara adalah Bapak Rubaya Suryanaatamirharja.
Tidak lama setelah pendudukan Belanda, Kabupaten Jatinegara dihapus, kedudukannya dikembalikan seperti zaman Regenschap Meester Cornelis menjadi Kewedanaan. Kewedanaan Bekasi masuk kedalam wilayah Batavia En Omelanden. Batas Bulak Kapal ke Timur termasuk wilayah negara Pasundan di bawah Kabupaten Kerawang, sedangkan sebelah Barat Bulak Kapal termasuk wilayah negara Federal sesuai Staatsblad Van Nederlandsch Indie 1948 No. 178 Negara Pasundan.
Sejarah Tahun 1949 sampai Terbentuknya Kota Bekasi
Sejarah setelah tahun 1949, ditandai dengan aksi unjuk rasa sekitar 40.000 rakyat Bekasi pada tanggal 17 Februari 1950 di alum-alun Bekasi. Hadir pada acara tersebut Bapak Mu’min sebagai Residen Militer Daerah V. Inti dari unjuk rasa tersebut adalah penyampaian pernyataan sikap sebagai berikut :
Pada Perkembangannya Kota Administratif Bekasi terus bergerak dengan cepat. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan roda perekonomian yang semakin bergairah. Sehingga status Kotif. Bekasi pun kembali di tingkatkan menjadi Kotamadya (sekarang “Kota”) melalui Undang-undang Nomor 9 Tahun 1996 Menjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi saat itu adalah Bapak Drs. H. Khailani AR, selama satu tahun (1997-1998). Selanjutnya berdasarkan hasil pemilihan terhitung mulai tanggal 23 Pebruari 1998 Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi definitif dijabat oleh Bapak Drs. H Nonon Sonthanie (1998-2003). Setelah pemilihan umum berlangsung terpilihlah Walikota dan Wakil Walikota Bekasi yaitu : Akhmad Zurfaih dan Moechtar Muhammad (perode 2003 - 2008).
- Rakyat Bekasi tetap berdiri di belakang Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Rakyat bekasi mengajukan usul kepada Pemerintah Pusat agar kabupaten Jatinegara diubah menjadi Kabupaten Bekasi.
Pada Perkembangannya Kota Administratif Bekasi terus bergerak dengan cepat. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan roda perekonomian yang semakin bergairah. Sehingga status Kotif. Bekasi pun kembali di tingkatkan menjadi Kotamadya (sekarang “Kota”) melalui Undang-undang Nomor 9 Tahun 1996 Menjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi saat itu adalah Bapak Drs. H. Khailani AR, selama satu tahun (1997-1998). Selanjutnya berdasarkan hasil pemilihan terhitung mulai tanggal 23 Pebruari 1998 Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi definitif dijabat oleh Bapak Drs. H Nonon Sonthanie (1998-2003). Setelah pemilihan umum berlangsung terpilihlah Walikota dan Wakil Walikota Bekasi yaitu : Akhmad Zurfaih dan Moechtar Muhammad (perode 2003 - 2008).
VISI dan MISI
VISI
Menunjukan komunitas masyarakat modern Menunjukkan wilayah administrasi pemerintahan yang membedakan dengan wilayah Kabupaten Bekasi
Menunjukkan kawasan perkotaan
Menunjukkan kinerja lebih baik dari yang lain
Menunjukkan semangat untuk maju
Mempunyai produktivitas dan efisiensi yang tinggi
Menunjukkan kualitas yang tinggi
Mempunyai daya saing yang tangguh
Pelayanan jasa kegiatan ekonomi
Mata pencaharian masyarakat berorienasi pada kegiatan perdagangan
Mengunggulkan perdagangan dan siap menghadapi pasarbebas
IHSAN Cita-cita luhur masyarakat Kota Bekasi
Nilai-nilai yang dikembangkan masyarakat di Kota Bekasi
Menunjukkan kawasan perkotaan
Menunjukkan kinerja lebih baik dari yang lain
Menunjukkan semangat untuk maju
Mempunyai produktivitas dan efisiensi yang tinggi
Menunjukkan kualitas yang tinggi
Mempunyai daya saing yang tangguh
Pelayanan jasa kegiatan ekonomi
Mata pencaharian masyarakat berorienasi pada kegiatan perdagangan
Mengunggulkan perdagangan dan siap menghadapi pasarbebas
IHSAN Cita-cita luhur masyarakat Kota Bekasi
Nilai-nilai yang dikembangkan masyarakat di Kota Bekasi
MISI
Meningkatkan kualitas dan kerukunan beragama
Sumberdaya Manusia Memberdayakan Sumberdaya Manusia
Menciptakan iklim berusaha yang sehat dan adil untuk mengembangkan jasa dan perdagangan yang didukung industri berwawasan lingkungan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata
Menegakkan supremasi hukum dan HAM
Mengoptimalkan dan melestarikan sumberdaya alam
Mengoptimalkan pengendalian dan pemanfaatan ruang
Menjamin keamanan dan ketertiban
Menciptakan iklim politik yang demokratis dan bertanggung jawab
Mewujudkan masyarakat Bekasi yang berbudaya dan bermartabat
Sumberdaya Manusia Memberdayakan Sumberdaya Manusia
Menciptakan iklim berusaha yang sehat dan adil untuk mengembangkan jasa dan perdagangan yang didukung industri berwawasan lingkungan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata
Menegakkan supremasi hukum dan HAM
Mengoptimalkan dan melestarikan sumberdaya alam
Mengoptimalkan pengendalian dan pemanfaatan ruang
Menjamin keamanan dan ketertiban
Menciptakan iklim politik yang demokratis dan bertanggung jawab
Mewujudkan masyarakat Bekasi yang berbudaya dan bermartabat
Arti Lambang
Lambang Daerah berbentuk perisai dengan warna dasar hijau muda dan biru langit yang berarti harapan masa depan dan keluasan wawasan serta kejernihan pikiran.
Sesanti "KOTA PATRIOT" artinya adalah semangat pengabdian dalam perjuangan bangsa. Didalam Lambang Daerah tersebut terdapat lukisan-lukisan yang merupakan unsur- unsur sebagai berikut :
Bambu runcing berujung lima yang berdiri tegak dengan kokoh mempunyai 2 (dua) makna yaitu:
Melambangkan hubungan vertikal Makhluk dengan khaliknya (Manusia dan Tuhannya) yang mencerminkan masyarakat Bekasi yang religius
Melambangkan semangat patriotisme rakyat Bekasi dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara yang tidak mengenal menyerah sehingga Bekasi menyandang predikat sebagai Kota Patriot.
Perisai persegi lima melambangkan ketahanan fisik dan mental masyarakat Kota Bekasi dalam menghadapi segala macam ancaman, gangguan, halangan dan tantangan yang datang darimanapun juga terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Segi Empat melambangkan Prasasti Perjuangan Karawang Bekasi.
Pilar Batas Wilayah.
Padi dan Buah-buahan melambangkan jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa pada saat membentuk Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi.
Buah-buahan berjumlah 7 (tujuh) besar dan 1 (satu) kecil yang melambangkan 7 kecamatan dan 1 kecamatan pembantu.
Padi berjumlah 50 (lima puluh) butir melambangkan 50 Kelurahan/Desa.
Tali simpul berjumlah 10 (sepuluh) yang mengikat ujung tangkai padi dan buah-buahan melambangkan tanggal Hari Jadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi, 3 (tiga) buah anak tangga menyangga bambu runcing melambangkan Bulan Hari Jadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi.
Dua baris gelombang laut atau riak air melambangkan dinamika mayarakat dan pemerintah daerah yang tidak akan pernah berhenti membangun daerah dan bangsanya.
Sesanti "KOTA PATRIOT" artinya adalah semangat pengabdian dalam perjuangan bangsa. Didalam Lambang Daerah tersebut terdapat lukisan-lukisan yang merupakan unsur- unsur sebagai berikut :
Bambu runcing berujung lima yang berdiri tegak dengan kokoh mempunyai 2 (dua) makna yaitu:
Melambangkan hubungan vertikal Makhluk dengan khaliknya (Manusia dan Tuhannya) yang mencerminkan masyarakat Bekasi yang religius
Melambangkan semangat patriotisme rakyat Bekasi dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara yang tidak mengenal menyerah sehingga Bekasi menyandang predikat sebagai Kota Patriot.
Perisai persegi lima melambangkan ketahanan fisik dan mental masyarakat Kota Bekasi dalam menghadapi segala macam ancaman, gangguan, halangan dan tantangan yang datang darimanapun juga terhadap kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Segi Empat melambangkan Prasasti Perjuangan Karawang Bekasi.
Pilar Batas Wilayah.
Padi dan Buah-buahan melambangkan jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa pada saat membentuk Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi.
Buah-buahan berjumlah 7 (tujuh) besar dan 1 (satu) kecil yang melambangkan 7 kecamatan dan 1 kecamatan pembantu.
Padi berjumlah 50 (lima puluh) butir melambangkan 50 Kelurahan/Desa.
Tali simpul berjumlah 10 (sepuluh) yang mengikat ujung tangkai padi dan buah-buahan melambangkan tanggal Hari Jadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi, 3 (tiga) buah anak tangga menyangga bambu runcing melambangkan Bulan Hari Jadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi.
Dua baris gelombang laut atau riak air melambangkan dinamika mayarakat dan pemerintah daerah yang tidak akan pernah berhenti membangun daerah dan bangsanya.
ARTI WARNA LAMBANG DAERAH
KUNING
Kemuliaan dan menunjukkan daerah permukiman.
BIRU LANGIT
Keluasan wawasan dan kejernihan pikiran serta menunjukkan zone industri.
PUTIH
Kesucian perjuangan.
MERAH
Keberanian untuk berkorban serta menunjukkan daerah perdagangan dan jasa.
HIJAU MUDA
Harapan masa depan serta menunjukkan daerah pertanian dan hortikultura.
HITAM
Ketegaran patriot sejati.
Kemuliaan dan menunjukkan daerah permukiman.
BIRU LANGIT
Keluasan wawasan dan kejernihan pikiran serta menunjukkan zone industri.
PUTIH
Kesucian perjuangan.
MERAH
Keberanian untuk berkorban serta menunjukkan daerah perdagangan dan jasa.
HIJAU MUDA
Harapan masa depan serta menunjukkan daerah pertanian dan hortikultura.
HITAM
Ketegaran patriot sejati.
Komentar
Posting Komentar